Selasa, 03 Januari 2017

Legenda dan Sejarah Desa Glapansari

Desa Glapan sari berasal dari kata dan sejarah= Glapan =Gelap =api petir. Sari=inti=titik. jadi bila di hubungkan dengan legenda Desa konon seorang pengembara (KI AGENG SELO)-red, beliau adalah murid dari Sunan Kalijaga. Alkisah, dalam pengembaraanya di sebuah kawasan desa (yn sekarang glapansari) bersamaan cuaca hujan beliau diganggu oleh kilatan kilatan petir hal tersebut berlanjut sampai ke pertarungan yang sangat sengit karena dengan kesaktianya sang petir (kilatan cahaya) dapat ditangkap dalam kisah legenda petir itu berwujud seperti manusia yang berkepala buaya dan  berekor.
Sang petir yang sudah tertangkap kemudian di ancam dan di ultimatum oleh beliau Ki Ageng Selo untuk tidak menggangu atau membunuh warga masyarakat yang ada di desa tsb. Petir mengelak lalu dengan wajah yang marah membara, Ki Ageng Selo mencabut rumput gerinting putih dan diikat pada badan dan tangan sang petir sehingga tubuhnya tak berdaya dan si petir pun memelas kepada Ki Ageng Selo, kemudian dilepaskanlah petir dengan 1 syarat untuk tidak menyambar dam membunuh warga sekitar. Dan petir menyanggupinya dan dengan isyarat di waktu hujan kalau petir muncul agar warga glapan untuk memegang gerinting putih dan mengucap mantra"buk gandrik (petir yang menyambar nyambar) aku putune ki ageng selo" bersamaan dengan itu sang petir binasa dan di tempat itu di tandai sebuah nisan (patok batu) tempat itu di beri nama oleh Ki Ageng Selo dengan nama si gelap hingga warga pun ada yang menyebut si gelap dan ada yg menyebut si patok dan pada waktu itu Ki Ageng Selo dengan lantang menyabut bahwa desa yang berada di wilayah tempat itu di beri nama " inti petir=glapansari". Dan sampai saat ini alhmdulillah selalu (dalam lindungan /naungan Tuhan) tidak ada warga glapansari yang sampai mati tersambar petir.
Cerita turun temurun dilontarkan seorang kepala desa (Karto Dimejo) lurah yang ke 3 desa glapansari bahwa barang siapa tamu atau teman sahabat luar desa yang sudah berkunjung ke desa glapansari dan yang sudah meminum air dari mata air glapan juga sudah kebal tersambar petir (walupun terpaksa tersambar sampai compang camping tetapi tidak sampai meninggal dunia. Menurut kesaksian para yang tersambar petir warga glapansari -red. waktu petir menyambar ada yang sampai terpental 50 m ada yang habis kulitnya terkelupas tapi ttap hidup sampai sekarang.
Desa Glapansari mempunyai sejarah panjang tentang peran peran para senopatinya. Sejarah dimulai oleh senopati (Lurah Citro Dikromo pada awal 1930an) yang sebelumnya belum ketemu lurah citro. Lurah Citro Dikromo dikenal sbagai lurah yang wibawa dan sederhana. Beliau memimpin Desa Glapansari berkisar kurng lebih 15 tahun. Pada saat itu situasi negara dalam masa jajahan Belanda. Setelah usai masa jabatan dan diteruskan oleh  seorang kesatia desa yaitu lurah yang menjadi seorang extrimis bagi pemerintahan Belanda dan beliau wafat ditembak serdadu Belanda sebagai pahlawan bagi desa glapansari. beliau menjabat sangat singkat 1944 s/ d 1948 beliau bernama pak Lurah Sastro. (sumber cerita dan saksi sejarah -kades 1987-2007 sudjarwo)
Setelah itu terjadi masa transisi dan tampuk ke pemimpinan glapansari diisi oleh pejabat sementara selama 2 tahun dan di terusken oleh kepala desa Karto Dimejo di era 70-80 an. Glapansari waktu itu telah berjaya dengan perkebunan jeruk keprok (sentra penghasil perkebunan jeruk keprok) dan di produksi sebuah film tentan gambaran kultur sosial budaya dngan judul film" bercanda dalam duka" di arsip kan di musium perfilman nasianal-red.
Sejarah desa tentang kepemimpinan berlanjut dan sebuah hasil pemikiran tentang karya pembangunan  Desa Glapansari yang di pimpin oleh seorang putra desa (Kades Soedjarwo) yang dalam masa kepemimpinan 2 periode mampu mengubah wajah desa ke arah kemandirian pembangunan.
Menurut sejarah itu berarti jaman transisi Demak atau Mataram Islam, skitar 1400-1600. Aman mataram kue sejarah jawa bagian tengah pengembangan penduduk red. babat tanah jawa. Diwek menurut prasasti "pamegat pulu watu" yang sekarang di balai arkeologi.


Minggu, 01 Januari 2017

Gambaran Umum

DESA GLAPANSARI


Desa Glapansari yang terletak di ketinggian 700 m dari permukaan laut dan berjarak 6 km dari ibu kota kecamatan Parakan dan 18 km dari ibu kota Kabupaten. Dengan luas 505,68 ha yang terbagi dalam lahan sawah dan lahan bukan sawah. Dari Lahan sawah bukan sawah dipergunakan untuk Bangunan/pekarangan, Tegal/Ladang/Huma, Hutan Negara/Rakyat dan Lahan lainnya.
Desa Glapansari terdapat 5 dusun yang terdiri dari 5 Rukun Warga (RW) dan 20 Rukun Tetangga (RT) dan terdapat 829 Rumah tangga. Jumlah penduduk 3.059 jiwa terdiri dari 1.547 jiwa Laki-laki dan 1.512 jiwa Perempuan.
Penduduk usia 10 tahun keatas bermata pencaharian Petani tanaman pangan, Peternak, Petani perkebunan, Listrik, Gas & Air Minum, Bangunan, Perdagangan, Hotel & RM, Pengangkutan & komunikasi, Jasa-jasa dan lainnya.  Untuk sumber air minum berasal dari Mata air. Dan untuk penerangan 746 menggunakan PLN, - rumah tangga menggunakan penerangan lain non PLN dan - rumah tangga menggunakan penerangan lainnya.
Dalam bidang pendidikan banyaknya penduduk di atas 5 tahun yang Tamat PT/Universitas - orang, Tamat Akademi 6 orang, Tamat SLTA/sederajat 41 orang, Tamat SLTP/ sederajat - orang, Tamat SD/sederajat 711 orang, Tidak tamat SD - orang, Belum tamat SD - orang dan Belum/ tidak sekolah 242 orang. Untuk sarana pendidikan terdapat 1 unit TK, 2 unit SD, - unit MI, - unit SMP/Mts dan - unit SMU. Bidang Kesehatan terdapat Prasarana kesehatan - unit Puskesmas, - Puskesmas pembantu, 4 unit Posyandu, 1 unit Polides, 1 orang Dokter Umum, - orang Dokter Gigi, 3 orang Bidan/Perawat/Mantri dan  3 orang Dukun Bayi.
Tanaman pangan yang dikembangkan di desa ini adalah Padi dan Jagung. Tanaman sayuran yang dikembangkan berupa Cabe Besar dan Cabe Kecil. Sedangkan tanaman perkebunan yang dikembangkan berupa Tembakau. Ternak yang dikembangkan di desa tersebut berupa Sapi, Kambing/domba, Ayam buras dan Itik.