Desa Glapan
sari berasal dari kata dan sejarah= Glapan =Gelap =api petir. Sari=inti=titik.
jadi bila di hubungkan dengan legenda Desa konon seorang pengembara (KI AGENG
SELO)-red, beliau adalah murid dari Sunan Kalijaga. Alkisah, dalam pengembaraanya
di sebuah kawasan desa (yn sekarang glapansari) bersamaan cuaca hujan beliau diganggu
oleh kilatan kilatan petir hal tersebut berlanjut sampai ke pertarungan yang sangat
sengit karena dengan kesaktianya sang petir (kilatan cahaya) dapat ditangkap
dalam kisah legenda petir itu berwujud seperti manusia yang berkepala buaya
dan berekor.
Sang petir
yang sudah tertangkap kemudian di ancam dan di ultimatum oleh beliau Ki Ageng
Selo untuk tidak menggangu atau membunuh warga masyarakat yang ada di desa tsb.
Petir mengelak lalu dengan wajah yang marah membara, Ki Ageng Selo mencabut
rumput gerinting putih dan diikat pada badan dan tangan sang petir sehingga
tubuhnya tak berdaya dan si petir pun memelas kepada Ki Ageng Selo, kemudian dilepaskanlah
petir dengan 1 syarat untuk tidak menyambar dam membunuh warga sekitar. Dan
petir menyanggupinya dan dengan isyarat di waktu hujan kalau petir muncul agar
warga glapan untuk memegang gerinting putih dan mengucap mantra"buk
gandrik (petir yang menyambar nyambar) aku putune ki ageng selo" bersamaan
dengan itu sang petir binasa dan di tempat itu di tandai sebuah nisan (patok
batu) tempat itu di beri nama oleh Ki Ageng Selo dengan nama si gelap hingga warga
pun ada yang menyebut si gelap dan ada yg menyebut si patok dan pada waktu itu Ki
Ageng Selo dengan lantang menyabut bahwa desa yang berada di wilayah tempat itu
di beri nama " inti petir=glapansari". Dan sampai saat ini
alhmdulillah selalu (dalam lindungan /naungan Tuhan) tidak ada warga glapansari
yang sampai mati tersambar petir.
Cerita
turun temurun dilontarkan seorang kepala desa (Karto Dimejo) lurah yang ke 3
desa glapansari bahwa barang siapa tamu atau teman sahabat luar desa yang sudah
berkunjung ke desa glapansari dan yang sudah meminum air dari mata air glapan
juga sudah kebal tersambar petir (walupun terpaksa tersambar sampai compang
camping tetapi tidak sampai meninggal dunia. Menurut kesaksian para yang tersambar
petir warga glapansari -red. waktu petir menyambar ada yang sampai terpental 50
m ada yang habis kulitnya terkelupas tapi ttap hidup sampai sekarang.
Desa
Glapansari mempunyai sejarah panjang tentang peran peran para senopatinya.
Sejarah dimulai oleh senopati (Lurah Citro Dikromo pada awal 1930an) yang
sebelumnya belum ketemu lurah citro. Lurah Citro Dikromo dikenal sbagai lurah
yang wibawa dan sederhana. Beliau memimpin Desa Glapansari berkisar kurng lebih
15 tahun. Pada saat itu situasi negara dalam masa jajahan Belanda. Setelah usai
masa jabatan dan diteruskan oleh seorang
kesatia desa yaitu lurah yang menjadi seorang extrimis bagi pemerintahan
Belanda dan beliau wafat ditembak serdadu Belanda sebagai pahlawan bagi desa
glapansari. beliau menjabat sangat singkat 1944 s/ d 1948 beliau bernama pak Lurah
Sastro. (sumber cerita dan saksi sejarah -kades 1987-2007 sudjarwo)
Setelah itu
terjadi masa transisi dan tampuk ke pemimpinan glapansari diisi oleh pejabat sementara
selama 2 tahun dan di terusken oleh kepala desa Karto Dimejo di era 70-80 an. Glapansari
waktu itu telah berjaya dengan perkebunan jeruk keprok (sentra penghasil
perkebunan jeruk keprok) dan di produksi sebuah film tentan gambaran kultur
sosial budaya dngan judul film" bercanda dalam duka" di arsip kan di
musium perfilman nasianal-red.
Sejarah
desa tentang kepemimpinan berlanjut dan sebuah hasil pemikiran tentang karya
pembangunan Desa Glapansari yang di
pimpin oleh seorang putra desa (Kades Soedjarwo) yang dalam masa kepemimpinan 2
periode mampu mengubah wajah desa ke arah kemandirian pembangunan.
Menurut
sejarah itu berarti jaman transisi Demak atau Mataram Islam, skitar 1400-1600. Aman
mataram kue sejarah jawa bagian tengah pengembangan penduduk red. babat tanah
jawa. Diwek menurut prasasti "pamegat pulu watu" yang sekarang di
balai arkeologi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar